Kisah Haru Pejuang SBMPTN Akibat Tak Teliti Mencatat Pesan Orangtua, Cerpen
Jumat, 21 Februari 2020
Edit
Cerpen, Kisah Haru Pejuang SBMPTN Akibat Tak Teliti: Malam itu aku beranjak dari tempat tidurku, aku melangkahkan kali menuju ke jendela kamar dan kulihat di luar masih gelap. Ku sandarkan kembali tubuhku, waktu itu tanggal 22 Juni 2019, tepatnya 10 bulan yang lalu aku mengalami kejadian yang membuatku sadar akan pentingnya suatu kedisiplinan dan ketelitian dan itulah pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan saat Tes SBMPTN 2019.
Namaku Aslika Fitriani, aku biasa dipanggil “Lika” oleh keluarga dekatku, namun teman-temanku biasa memanggilku “Fitriani”. Aku terlahir dari sebuah keluarga yang cukup sederhana. Ayahku bukanlah seorang pengusaha bukan pula seorang pegawai negeri. Ibuku pun hanyalah seorang ibu rumah tangga. Walaupun begitu aku merasa sangat bahagia menjadi bagian dari keluarga mereka.
Usai lulus dari SMA aku berniat untuk melanjutkan pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Lampung. Waktu itu pagi buta aku berangkat bersama ayahku dengan mengendarai motor tua berwarna biru muda dengan dua kaca spion besar dikepalanya. Kami memang selalu kompak sebagai ayah dan anak. Bahkan dulu sejak duduk di bangku SMP hingga SMA aku selalu diantar dan dijemput olehnya.
Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Tes untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri pun sudah di depan mata. Waktu itu, aku sengaja berangkat dari rumah minggu sore supaya bisa lebih banyak waktu dan bisa berlama-lama di rumah. Aku berangkat dengan pamanku pukul 15:30 dan kami sampai di tempat tujuan sekitar pukul 18:00. Aku pun harus menginap di perumahan milik paman dan bibiku di kota.
‘Sudah sana istirahat, besok kan harus bangun pagi” waktu sudah menunjukkan pukul 23:15 dan bibi segera menyuruhku untuk beristirahat.
“Iya bi, selamat malam paman dan bibi” sahutku sembari berjalan menuju kamar.
”Klak klak klak” di sela-sela suara jarum jam yang menggantung di atas dinding itu tiba-tiba terlintas dalam benakku tentang sesuatu yang janggal. Sontak aku bangun lalu beranjak dari tempat tidurku. Aku telah membolak-balik isi tasku, mengeluarkan semua isi dan memasukkan nya kembali.
Aku telah melakukan hal yang sama berulang-ulang, dan sepertinya aku lupa memasukkan kartu tesku ke dalam tas. Aku ingat, waktu itu sebelum berangkat ibu menyuruhku untuk menyiapkan dan membawa semua yang nantinya akan diperlukan untuk tes ujian masuk di Perguruan Tinggi Negeri, namun aku hanya mengiyakan permintaannya. Terlebih lagi saat itu aku sedang asik memainkan telepon genggamku.
“Aaargghh, sial. Bagaimana ini?” aku bingung sekali saat itu, waktu pun terus berjalan dan aku benar-benar kacau. Otakku tak lagi dapat berpikir jernih sehingga aku hanya bisa terus menangis sambil terus mencari, berharap kutemukan kartu tesku.
Melihat aku sedang kebingungan bibiku yang sedari tadi belum tidur menanyakan apa yang telah terjadi. Aku bercerita kepadanya dan dia pun mendengarkan penjelasanku dengan seksama. Tanpa berpikir panjang pamanku langsung menghubungi ayahku.
Aku menyesal tidak mendengarkan kata-kata ibuku, karena kejadian bodoh ini ayahku sampai harus berangkat ke kota pukul 01:30 untuk mengantarkan kartu tesku yang tertinggal di rumah
“Huft… syukurlah” aku menghela napas karena merasa lega.
“Tuhan itu punya rencana lain untuk umatnya, pasti ada hikmah di balik setiap kejadian Lika”. sahut bibiku.
Aku beruntung memiliki orag tua dan juga keluarga yang begitu peduli terhadapku. Meskipun terlahir dari keluarga yang cukup sederhana mereka tetap mengedepankan pendidikan anak-anaknya.
Kejadian ini juga sebagai peringatan akan pentingnya suatu kedisiplinan dan pentingnya mematuhi perintah orang tua, karena secerewet-cerewetnya orang tua kita, itu karena mereka ingin anaknya menjadi manusia yang lebih baik
Namaku Aslika Fitriani, aku biasa dipanggil “Lika” oleh keluarga dekatku, namun teman-temanku biasa memanggilku “Fitriani”. Aku terlahir dari sebuah keluarga yang cukup sederhana. Ayahku bukanlah seorang pengusaha bukan pula seorang pegawai negeri. Ibuku pun hanyalah seorang ibu rumah tangga. Walaupun begitu aku merasa sangat bahagia menjadi bagian dari keluarga mereka.
Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Tes untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri pun sudah di depan mata. Waktu itu, aku sengaja berangkat dari rumah minggu sore supaya bisa lebih banyak waktu dan bisa berlama-lama di rumah. Aku berangkat dengan pamanku pukul 15:30 dan kami sampai di tempat tujuan sekitar pukul 18:00. Aku pun harus menginap di perumahan milik paman dan bibiku di kota.
‘Sudah sana istirahat, besok kan harus bangun pagi” waktu sudah menunjukkan pukul 23:15 dan bibi segera menyuruhku untuk beristirahat.
“Iya bi, selamat malam paman dan bibi” sahutku sembari berjalan menuju kamar.
”Klak klak klak” di sela-sela suara jarum jam yang menggantung di atas dinding itu tiba-tiba terlintas dalam benakku tentang sesuatu yang janggal. Sontak aku bangun lalu beranjak dari tempat tidurku. Aku telah membolak-balik isi tasku, mengeluarkan semua isi dan memasukkan nya kembali.
Aku telah melakukan hal yang sama berulang-ulang, dan sepertinya aku lupa memasukkan kartu tesku ke dalam tas. Aku ingat, waktu itu sebelum berangkat ibu menyuruhku untuk menyiapkan dan membawa semua yang nantinya akan diperlukan untuk tes ujian masuk di Perguruan Tinggi Negeri, namun aku hanya mengiyakan permintaannya. Terlebih lagi saat itu aku sedang asik memainkan telepon genggamku.
“Aaargghh, sial. Bagaimana ini?” aku bingung sekali saat itu, waktu pun terus berjalan dan aku benar-benar kacau. Otakku tak lagi dapat berpikir jernih sehingga aku hanya bisa terus menangis sambil terus mencari, berharap kutemukan kartu tesku.
Melihat aku sedang kebingungan bibiku yang sedari tadi belum tidur menanyakan apa yang telah terjadi. Aku bercerita kepadanya dan dia pun mendengarkan penjelasanku dengan seksama. Tanpa berpikir panjang pamanku langsung menghubungi ayahku.
Aku menyesal tidak mendengarkan kata-kata ibuku, karena kejadian bodoh ini ayahku sampai harus berangkat ke kota pukul 01:30 untuk mengantarkan kartu tesku yang tertinggal di rumah
“Huft… syukurlah” aku menghela napas karena merasa lega.
“Tuhan itu punya rencana lain untuk umatnya, pasti ada hikmah di balik setiap kejadian Lika”. sahut bibiku.
Aku beruntung memiliki orag tua dan juga keluarga yang begitu peduli terhadapku. Meskipun terlahir dari keluarga yang cukup sederhana mereka tetap mengedepankan pendidikan anak-anaknya.
Kejadian ini juga sebagai peringatan akan pentingnya suatu kedisiplinan dan pentingnya mematuhi perintah orang tua, karena secerewet-cerewetnya orang tua kita, itu karena mereka ingin anaknya menjadi manusia yang lebih baik