Kisah Kuliah Jauh dari Orangtua dengan Hidup di Kos-Kosan, Cerpen


Cerpen, Kisah Kuliah Jauh dari Orangtua Hidup di Kos-Kosan: Pagi ini begitu indah, setelah bangun tidur tanpa bermalas-malasan aku segera mengemas barang-barang yang akan ku bawa pulang ke rumahku. Ya, aku adalah seorang anak kost. Hidup tanpa kedua orang tua menuntutku menjadi seorang anak yang harus bisa hidup mandiri.

“Selepas kuliah nanti aku akan segera pulang” sahutku kepada teman sekamarku. Hari ini memang aku telah memutuskan untuk pulang ke rumah, karena waktu libur telah tiba, aku memutuskan untuk menghabiskan akhir tahun bersama keluarga.
Kisah Kuliah Jauh dari Orangtua dengan Hidup di Kos-Kosan, Cerpen
Dengan mengendarai motor matic berwarna biru tua pemberian ayahku setahun yang lalu aku pulang dengan perasaan yang cukup senang. “Yeay akhirnya pulang, perbaikan gizi” kataku dengan perasaan yang cukup senang.

Pagiku kembali ceria, karena ketika bangun tidur aku dapat menikmati udara segar yang masuk melalui celah-celah kecil jendela kamarku, aku sangat merindukan suasana kamar kesayanganku, terlebih lagi karena untuk kesekian kalinya masih bisa aku rasakan indahnya liburan akhir tahun ini.

Berbeda dengan tahun lalu, kali ini aku memang lebih memilih menghabiskan waktu liburanku di rumah. Aku tau, bahagia bukan selalu tentang kemewahan dan keramaian. Bagiku berkumpul dengan keluarga besar sudah lebih dari cukup.

Awalnya aku berfikir akan menghabiskan waktu liburku dengan ceria, namun beda cerita ketika kejadian pagi itu, tepatnya tanggal 29 lalu, aku dikejutkan dengan sebuah berita, lebih tepatnya sih pernyataan yang dengan sekejap mampu membuatku melupakan semua hal penting, tugas kuliah dan pacar misalnya. Berat memang, bahkan untuk bernafas sempat kurasakan sedikit sesak. Ini bukan masalah cinta tetapi ini masalah keluarga.

Berbeda dengan kemarin, ada fenomena yang membuatku merasa janggal. Ayahku, aku melihatnya tepat dihadapanku. Sesekali aku perhatikan, ada yang aneh dengannya. Dia tidak lagi dengan kebiasaan nya.

“Huftt… apa yang telah terjadi?”
Kali ini kuberanikan diri untuk bertanya dengan kakak laki-lakiku. Harusnya aku merasa lega mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan yang selama ini membuatku penasaran, namun tidak demikian. Ayahku tidak berkerja lagi, ayahku telah kehilangan pekerjaan nya.

Namaku Wati, aku adalah mahasiswa di salah satu Universitas Negeri di Lampung, tahun ini aku baru saja memasuki semester 3 akhir dan itu berarti perjalananku masih panjang. Sesekali aku terhanyut dalam lamunanku, ayahku tak lagi berkerja, lalu bagaimana dengan biaya kuliahku yang terbilang cukup mahal terlebih lagi ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga.

Aku memang terlahir dari sebuah keluarga yang sederhana, meski begitu semua kebutuhan keluarga dapat terpenuhi. Namun itu sebelum ayah kehilangan pekerjaan nya. Sekarang semua telah berubah, keadaannya tidak senormal itu. Roda memang berputar, dan aku tidak menyukainya.

Aku benar-benar tidak menyukai berada di posisi ini. Sempat aku berfikir untuk berhenti kuliah, namun aku sadar itu bukan solusi, karena aku tidak boleh menyerah.

Saat ini, aku memang sedang berada di posisi yang sangat sulit. Disisi lain aku harus menyelesaikan kuliahku, namun disisi lain aku pun ingin meringankan beban keluargaku, terutama ibuku. Posisi ini terbilang cukup sulit untukku, namun apa boleh buat. Apa pula yang dapat dilakukan anak perempuan semester 3 ini!

“Aku ingin berhenti saja, aku tidak ingin membebani mereka” rengekku kepada Abi, dia pacarku, aku tidak pernah melewatkan 1 hal pun untuk diceritakan kepadanya, bahkan dia hampir mengetahui semua hal tentangku.

“Lanjutkan kuliahmu, jangan putus di tengah jalan. Apapun yang terjadi kamu harus menyelesaikan nya” ucap Abi menenangkan.

Itu kalimat yang akan selalu ku ingat. Tidak hanya ayah, ibu, dan kakakku. Aku pun memiliki seseorang yang aku sayangi sama dengan aku menyayangi keluargaku. Meski kami terbilang belum lama berpacaran, namun entah apa yang terjadi rasanya aku benar-benar jatuh cinta kepadanya.

“Tetep semangat ya kuliahnya, jangan loyo. Nanti kalo ipk semester ini naik aku kasih sesuatu”

Orang ini memang tidak pernah gagal untuk membujukku mengikuti perkataan nya, meski terbilang aku adalah seseorang yang cukup keras kepala pun, dia selalu memiliki cara untuk membuatku mendengarkan nya. “Ahhh…rasanya aku sedang terhipnotis”

Aku bersyukur karena di posisiku yang seperti ini, aku selalu memiliki orang-orang seperrti mereka. Orang-orang yang tidak pernah meninggalkanku meski aku sedang berada di bawah, yang selalu memelukku erat tanpa peduli siapa aku saat ini, yang selalu mendukungku sekeras apapun itu. Aku percaya sesulit apapun masalah yang sedang keluargaku hadapi ini adalah bentuk cobaan yang sedang diberikan tuhan.

Aku yakin meskipun tidak terlihat tuhan pasti ada dan selalu berjalan bersama kita.

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Footer