Persahabatan SMA Putih Abu-Abu Osis, Cerpen
Kamis, 20 Februari 2020
Edit
Cerpen, SMA Putih Abu-Abu: Persahabatan Tya dan Joy semakin dekat dan erat. Perhatian dan kebaikan cowok sederhana itu membuat hari-hari Tya selalu dibayangi wajah machonya. Setiap malam wajahnya selalu hadir dalam mimpi Tya. Tanpa Tya sadari Joy juga menyimpan perasaaan untuknya dan akhirnya pada hari minggu sore Joy mengajak Tya keluar untuk jalan-jalan.
Pada saat itulah Joy menyatakan cintanya dan mereka resmi pacaran. “Tya… dicari’in tuh sama ketua osis” sapa Dita, teman Tya,
“dimana?” Tanya Tya dengan nada penuh semangat,
“di Ruangan osis”.
Tya bergegas menuju ruangan osis. Mereka lalu membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan sekolah. Dan mereka telah mendapat suatu perincian kegiatan selama liburan.
“Joy, orang tuaku pingen ketemu sama kamu” Joy hanya diam tak member reaksi hanya tatapannya yang menyimpan sesuatu yang sulit dipahami.
“kenapa..? kamu keberatan? Atau mungkin terlalu cepat?”
“bukan, aku merasa kalau aku gak pantas”. Joy bukanlah cowok yang kacangan atau pengecut.
Rasa sayangnya pada gadis itu, akhirnya ia menuruti segala permintaan Tya.
Minggu pagi, Joy datang kerumah Tya, dan disambut dengan bahagia oleh Tya.
“ma, pa, ini Joy” kata Tya kepada mama dan papanya,
“om, tante, selamat pagi” Joy mengulurkan tangannya. Joy disambut ramah. Saat bersalaman dengan Joy, mamanya Tya memandang dekat-dekat wajah Joy.
“ma, kenapa?” Tanya Tya heran,
“ah, enggak, ayo duduk.” Jawabnya dengan gugup.
Kurang lebih satu jam mereka berbincang-bincang dengan Joy dan menanyakan tentang kehidupan Joy. Dan akhirnya Joy berpamitan dan pulang.
Pagi itu mentari tak muncul memperlihatkan sinarnya.
“Tya, Joy tadi telvon kalau diy tidak bisa jemput kamu” ucap mamanya. Tya hanya tersenyum lalu sarapan dan berangkat naik taxi.
Sampai di sekolah dia langsung mencari Joy di ruang osis.
“Tya, aku rasa kita temenan saja ya,? Walau kita tidak pacaran lagi, tapi aku tetap menyayangimu sebagai adikku dan aku harap sebaliknya juga.”
“maksud kamu?” Tya kaget campur bingung.
Joy mengangguk pelan tapi pasti, sedang gadis itu pergi meninggalkan Joy. Sebenarnya dia tidak tega menyakiti gadis itu, tapi ini harus dilakukannya.
Tya terus murung sampai di rumah, bahkan sampai makan malam bersama keluarganya.
“sayang, papa sama mama mau ngomong”
“apa pa?” Tanya tya seolah malas.
“papa harap mulai sekarang kamu lupakan Joy”
“jadi Joy mutusin Tya gara-gara papa gak setuju!”
“bukan”
“lalu apa ? Dia orang miskin yang tidak punya ayah lalu papa membencinya ?
Kalian jahat .Tya beranjak dari tempat duduknya hendak pergi. Mamanya memperingatkan anaknya agar sopan santun, akhirnya Tya duduk kembali sambil menangis.
Lalu papanya bercerita kalau Joy sebenarnya adalah anak mereka yang dibuang oleh neneknya karena dia menginginkan cucu perempuan. Mereka tahu kalau Joy adalah anaknya dari tanda lahir dan orang tua Joy yang sekarang.
“jadi Joy itu kakakku? Tidak mungkin” Tya masih belum percaya. Dia tidak bisa menerima kenyataan ini.
Saat di sekolah Tya selalu menghindari Joy. Meski Joy selalu mendekatinya.
Hampir satu bulan suasana itu tak pernah berganti, mereka jadi jarang bertemu bahkan tidak pernah. Hingga suatu hariTya mendengar bahwa Ibu Joy meninggal karena sakit, tapi gadis itu tetap tidak mau menemui Joy meski dipaksa oleh orang tuanya. Orang tuanya menginginkan Joy untuk tinggal di rumah mereka tetapi Tya melarangnya.
“Tya, dapet surat nih,” Dita memberikan surat itu. Tya membukanya dengan hati-hati sekali lalu dibacanya.
Dear adikku Tya
Aku tahu kamu tidak bisa menerima kenyataan ini, dan aku tahu kamu pasti malu mempunyai kakak yang miskin. Semula akupun tidak percaya bila orang yang kucintai ternyata adikku sendiri. Tapi aku semakin tersiksa karena selama ini kamu terus menghindariku. Maka dari itu aku pindah dari sini dan mungkin saat kau baca surat ini aku telah terbang ke negeri orang. Selamat tinggal Tya.
Gadis itu berlari keluar mencari taxi dan menuju ke bandara. Disana dia melihat orang tuanya mengantar kepergiaan Joy, dengan melambaikan tangan Joy berjalan menuju pesawat yang akan membawanya.
“Mas” teriak gadis itu menarik perhatian semua orang, termasuk orang tuanya dan Joy menoleh kearahnya. Lalu Tya berlari kearah Joy dan memeluknya sambil menangis.
“Mas, maafkan Tya.” Joy mengangguk sambil tersenyum..
“Mas Joy maukan tinggal dengan kami?”
“apa kamu tidak” Belum selesai Joy berbicara sudah dipotong gadis itu,
“Tidak, aku tidak malu punya kakak sepertimu, tapi sebaliknya aku tambah senang.”
Mereka saling berpelukan kembali begitupun dengan orang tuanya. Tanpa mereka sadari, di sekeliling mereka berdiri teman-teman sekolahnya.
“Joy selamat ya..” tepuk Riko dari belakang.
“kalian tahu dari mana?” Tanya Tya heran.
“ini kamu lari meninggalkan surat ini di meja, jadi kami membacanya lalu kesini” ucap Dita menunjukkan surat tadi.
“wah,, sekarang aku bisa deketin Tya nih, dan jalanku makin terbuka” seloroh Didi yang memang sudah lama menaruh hati pada Tya.
“huw” teriakan mereka serempak.
Akhirnya, Tya dan keluarganya pulang dan Joy tinggal bersama Tya dan orang tuanya. Meraka hidup bahagia. Dan Tya pacaran dengan Didi.
Pada saat itulah Joy menyatakan cintanya dan mereka resmi pacaran. “Tya… dicari’in tuh sama ketua osis” sapa Dita, teman Tya,
“dimana?” Tanya Tya dengan nada penuh semangat,
“di Ruangan osis”.
“Joy, orang tuaku pingen ketemu sama kamu” Joy hanya diam tak member reaksi hanya tatapannya yang menyimpan sesuatu yang sulit dipahami.
“kenapa..? kamu keberatan? Atau mungkin terlalu cepat?”
“bukan, aku merasa kalau aku gak pantas”. Joy bukanlah cowok yang kacangan atau pengecut.
Rasa sayangnya pada gadis itu, akhirnya ia menuruti segala permintaan Tya.
Minggu pagi, Joy datang kerumah Tya, dan disambut dengan bahagia oleh Tya.
“ma, pa, ini Joy” kata Tya kepada mama dan papanya,
“om, tante, selamat pagi” Joy mengulurkan tangannya. Joy disambut ramah. Saat bersalaman dengan Joy, mamanya Tya memandang dekat-dekat wajah Joy.
“ma, kenapa?” Tanya Tya heran,
“ah, enggak, ayo duduk.” Jawabnya dengan gugup.
Kurang lebih satu jam mereka berbincang-bincang dengan Joy dan menanyakan tentang kehidupan Joy. Dan akhirnya Joy berpamitan dan pulang.
Pagi itu mentari tak muncul memperlihatkan sinarnya.
“Tya, Joy tadi telvon kalau diy tidak bisa jemput kamu” ucap mamanya. Tya hanya tersenyum lalu sarapan dan berangkat naik taxi.
Sampai di sekolah dia langsung mencari Joy di ruang osis.
“Tya, aku rasa kita temenan saja ya,? Walau kita tidak pacaran lagi, tapi aku tetap menyayangimu sebagai adikku dan aku harap sebaliknya juga.”
“maksud kamu?” Tya kaget campur bingung.
Joy mengangguk pelan tapi pasti, sedang gadis itu pergi meninggalkan Joy. Sebenarnya dia tidak tega menyakiti gadis itu, tapi ini harus dilakukannya.
Tya terus murung sampai di rumah, bahkan sampai makan malam bersama keluarganya.
“sayang, papa sama mama mau ngomong”
“apa pa?” Tanya tya seolah malas.
“papa harap mulai sekarang kamu lupakan Joy”
“jadi Joy mutusin Tya gara-gara papa gak setuju!”
“bukan”
“lalu apa ? Dia orang miskin yang tidak punya ayah lalu papa membencinya ?
Kalian jahat .Tya beranjak dari tempat duduknya hendak pergi. Mamanya memperingatkan anaknya agar sopan santun, akhirnya Tya duduk kembali sambil menangis.
Lalu papanya bercerita kalau Joy sebenarnya adalah anak mereka yang dibuang oleh neneknya karena dia menginginkan cucu perempuan. Mereka tahu kalau Joy adalah anaknya dari tanda lahir dan orang tua Joy yang sekarang.
“jadi Joy itu kakakku? Tidak mungkin” Tya masih belum percaya. Dia tidak bisa menerima kenyataan ini.
Saat di sekolah Tya selalu menghindari Joy. Meski Joy selalu mendekatinya.
Hampir satu bulan suasana itu tak pernah berganti, mereka jadi jarang bertemu bahkan tidak pernah. Hingga suatu hariTya mendengar bahwa Ibu Joy meninggal karena sakit, tapi gadis itu tetap tidak mau menemui Joy meski dipaksa oleh orang tuanya. Orang tuanya menginginkan Joy untuk tinggal di rumah mereka tetapi Tya melarangnya.
“Tya, dapet surat nih,” Dita memberikan surat itu. Tya membukanya dengan hati-hati sekali lalu dibacanya.
Dear adikku Tya
Aku tahu kamu tidak bisa menerima kenyataan ini, dan aku tahu kamu pasti malu mempunyai kakak yang miskin. Semula akupun tidak percaya bila orang yang kucintai ternyata adikku sendiri. Tapi aku semakin tersiksa karena selama ini kamu terus menghindariku. Maka dari itu aku pindah dari sini dan mungkin saat kau baca surat ini aku telah terbang ke negeri orang. Selamat tinggal Tya.
Gadis itu berlari keluar mencari taxi dan menuju ke bandara. Disana dia melihat orang tuanya mengantar kepergiaan Joy, dengan melambaikan tangan Joy berjalan menuju pesawat yang akan membawanya.
“Mas” teriak gadis itu menarik perhatian semua orang, termasuk orang tuanya dan Joy menoleh kearahnya. Lalu Tya berlari kearah Joy dan memeluknya sambil menangis.
“Mas, maafkan Tya.” Joy mengangguk sambil tersenyum..
“Mas Joy maukan tinggal dengan kami?”
“apa kamu tidak” Belum selesai Joy berbicara sudah dipotong gadis itu,
“Tidak, aku tidak malu punya kakak sepertimu, tapi sebaliknya aku tambah senang.”
Mereka saling berpelukan kembali begitupun dengan orang tuanya. Tanpa mereka sadari, di sekeliling mereka berdiri teman-teman sekolahnya.
“Joy selamat ya..” tepuk Riko dari belakang.
“kalian tahu dari mana?” Tanya Tya heran.
“ini kamu lari meninggalkan surat ini di meja, jadi kami membacanya lalu kesini” ucap Dita menunjukkan surat tadi.
“wah,, sekarang aku bisa deketin Tya nih, dan jalanku makin terbuka” seloroh Didi yang memang sudah lama menaruh hati pada Tya.
“huw” teriakan mereka serempak.
Akhirnya, Tya dan keluarganya pulang dan Joy tinggal bersama Tya dan orang tuanya. Meraka hidup bahagia. Dan Tya pacaran dengan Didi.