Masakan Tak Enak, Dianggap Kekasihnya Tak Pantas Dilamar
Rabu, 22 Juli 2020
Edit
hanalfa.com: Curhatan dari seorang wanita tentang masakannya ditolak calon mertua viral beberapa waktu lalu. Pasalnya, curhatan tersebut cukup menarik perhatian warganet terlebih pengguna media sosial Twitter yang langsung menanggapi twit dalam sebuah base (komunitas/perkumpulan) tersebut.
Base tentang makanan yang menjadi tempat curhatan viral tersebut. Base tersebut memang sudah memiliki banyak pengikut sehingga respon di setiap cuitan yang dibuat cukup banyak.
Curhatan yang viral tersebut berisi sebuah ungkapan perasaan pembuat cuitan obrolan dalam aplikasi WhatsApp. Isi cuitannya seperti berikut ini dan pesan whatsaapya bisa lihat gambar di atas.
"Jadi kemarin sore aku ngirim makanan kerumah doi terus malemnya dia ngomongo begitu, niat baik ngirim makanan hasilnya begini malah disuruh belajar masak tapi ya its ok. Tapi aku sakit hati sama mamanya mana makanannya dikasih kekucing btw juno itu nama kucingnya. Apa perempuan harus pandai masak ya guis biar pantas dinikahi? Dan chatku belum dibaca dari kemarin"
Baca juga: 3 Cara Membuat Dokumen PDF di Laptop
Begitu melihat cuitan tersebut, warga Twitter langsung memberikan berbagai respon. Ada yang langsung menyarankan si wanita untuk mengakhiri hubungannya. Ada pula yang memberikan referensi kisah hidup mereka bahwa wanita yang tidak harus pandai memasak.
Respon yang beragam tersebut menjadi semakin banyak sejak cuitan ini viral di internet dan dimuat di berbagai website. Kisah yang ada dalam curhatan ini dapat menjadi pembelajaran dan diambil hikmah oleh masyarakat umum.
Baca juga: Terbaru, Cara dan Syarat Buat NPWP Pribadi Lewat Online
Seperti halnya 3 hal yang akan diulas penulis berikut ini. Hal menarik dari curhatan viral masakan ditolak calon mertua.
Namun, sang pacar melarang untuk mengirim makanan lagi. Sebab, rasa makanannya tidak enak di lidah calon mama mertua. Seharusnya sang pacar tidak perlu sampai menghina masakan si wanita dengan mengatakan kucing saja tidak mau memakannya.
Baca juga: Putus Mulu, Pakai Tiga Sikap Komunikasi Supaya Langgeng
Ditambah, Ia juga menilai perempuan yang layak menjadi ibu rumah tangga yang baik adalah yang bisa memasak enak. Pernyataan tersebut tentu saja jauh dari sikap menghargai usaha dari pasangan.
Alih-alih menyemangati si wanita agar lebih giat belajar masak, kalimat sang pacar malah membuat down dan tidak menghargai usaha. Disinilah kita dapat belajar bahwa sikap menghargai memang sangat penting. Terlebih dengan orang-orang terdekat yang tentunya selalu hadir dalam hidup kita.
Ada baiknya berpikir lebih luas bahwa bukan hanya itu saja indikator ibu rumah tangga yang baik. Masih banyak hal lain yang lebih penting yang menjadi pondasi dalam keluarga. Misalnya tetap memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anak-anaknya. Selain itu, kekurangan dalam hal memasak lambat laun pun akan membaik seiring belajar menjadi ibu rumah tangga.
Dua orang yang sudah saling berkomitmen seharusnya menghargai satu sama lain. Selain itu, bila masalah datang mencari solusi bersama-sama. Seperti halnya masalah kemampuan memasak yang menjadi tolak ukur sang pacar.
Bila memang sang pacar menginginkan si wanita pandai memasak, seharusnya Ia tidak mengatakan kalimat yang menurunkan mental semangat. Tetapi justru memberikan pemantik agar si wanita lebih giat belajar memasak dengan cara memberikan apresiasi, membelikan resep makanan. Selain itu, dapat pula mengundangnya ke rumah untuk belajar memasak bersama ibunya.
INTINYA SEMPIT SEKALI PEREMPUAN TAK COCOK DIJADIKAN ISTRI KARENA MASAKAN TIDAK ENAK. ENAKAN SITU NIKAH SAMA KOKI CHEF AJA, ITU JUGA KALAU DIA MAU LELAKI KAYAK LU.
Itulah 3 hal menarik dari curhatan viral masakan ditolak calon mertua. Semoga dapat menjadi pembelajaran dan membuat kita berpikir lebih luas dan tetap menghrgai usaha orang lain. (Penulis: Hanisaul Khoiriyah)
Base tentang makanan yang menjadi tempat curhatan viral tersebut. Base tersebut memang sudah memiliki banyak pengikut sehingga respon di setiap cuitan yang dibuat cukup banyak.
"Jadi kemarin sore aku ngirim makanan kerumah doi terus malemnya dia ngomongo begitu, niat baik ngirim makanan hasilnya begini malah disuruh belajar masak tapi ya its ok. Tapi aku sakit hati sama mamanya mana makanannya dikasih kekucing btw juno itu nama kucingnya. Apa perempuan harus pandai masak ya guis biar pantas dinikahi? Dan chatku belum dibaca dari kemarin"
Baca juga: 3 Cara Membuat Dokumen PDF di Laptop
Begitu melihat cuitan tersebut, warga Twitter langsung memberikan berbagai respon. Ada yang langsung menyarankan si wanita untuk mengakhiri hubungannya. Ada pula yang memberikan referensi kisah hidup mereka bahwa wanita yang tidak harus pandai memasak.
Respon yang beragam tersebut menjadi semakin banyak sejak cuitan ini viral di internet dan dimuat di berbagai website. Kisah yang ada dalam curhatan ini dapat menjadi pembelajaran dan diambil hikmah oleh masyarakat umum.
Baca juga: Terbaru, Cara dan Syarat Buat NPWP Pribadi Lewat Online
Seperti halnya 3 hal yang akan diulas penulis berikut ini. Hal menarik dari curhatan viral masakan ditolak calon mertua.
1. Pentingnya sikap menghargai
Sikap menghargai memang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Terlebih dalam sebuah hubungan serius antara dua orang dewasa. Dalam curhatan yang viral tersebut, si wanita berusaha menyenangkan hati calon mertua sang pacar dengan mengirimkan makanan yang Ia masak sendiri.Namun, sang pacar melarang untuk mengirim makanan lagi. Sebab, rasa makanannya tidak enak di lidah calon mama mertua. Seharusnya sang pacar tidak perlu sampai menghina masakan si wanita dengan mengatakan kucing saja tidak mau memakannya.
Baca juga: Putus Mulu, Pakai Tiga Sikap Komunikasi Supaya Langgeng
Ditambah, Ia juga menilai perempuan yang layak menjadi ibu rumah tangga yang baik adalah yang bisa memasak enak. Pernyataan tersebut tentu saja jauh dari sikap menghargai usaha dari pasangan.
Alih-alih menyemangati si wanita agar lebih giat belajar masak, kalimat sang pacar malah membuat down dan tidak menghargai usaha. Disinilah kita dapat belajar bahwa sikap menghargai memang sangat penting. Terlebih dengan orang-orang terdekat yang tentunya selalu hadir dalam hidup kita.
2. Berpikiran lebih luas
Kedua, dari curhatan viral tersebut kita dapat belajar bahwa ada baiknya kita tidak berpikiran sempit dengan hanya menilai satu sisi. Misalnya pernyataan sang pacar tentang perempuan yang layak menjadi ibu rumah tangga yang baik adalah yang bisa memasak enak.Ada baiknya berpikir lebih luas bahwa bukan hanya itu saja indikator ibu rumah tangga yang baik. Masih banyak hal lain yang lebih penting yang menjadi pondasi dalam keluarga. Misalnya tetap memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anak-anaknya. Selain itu, kekurangan dalam hal memasak lambat laun pun akan membaik seiring belajar menjadi ibu rumah tangga.
3. Menjaga komunikasi dan jangan kabur dari permasalahan
Terakhir, dalam curhatan viral tersebut sang pacar belum juga membalas pesan terakhir yang dikirim si wanita. Menjaga komunikasi tetap penting meski sedang ada masalah sekecil apapun. Terlebih, masalah ini terlihat kecil namun sebenarnya cukup besar untuk menjadi pertimbangan kelanjutan hubungan yang lebih serius.Dua orang yang sudah saling berkomitmen seharusnya menghargai satu sama lain. Selain itu, bila masalah datang mencari solusi bersama-sama. Seperti halnya masalah kemampuan memasak yang menjadi tolak ukur sang pacar.
Bila memang sang pacar menginginkan si wanita pandai memasak, seharusnya Ia tidak mengatakan kalimat yang menurunkan mental semangat. Tetapi justru memberikan pemantik agar si wanita lebih giat belajar memasak dengan cara memberikan apresiasi, membelikan resep makanan. Selain itu, dapat pula mengundangnya ke rumah untuk belajar memasak bersama ibunya.
INTINYA SEMPIT SEKALI PEREMPUAN TAK COCOK DIJADIKAN ISTRI KARENA MASAKAN TIDAK ENAK. ENAKAN SITU NIKAH SAMA KOKI CHEF AJA, ITU JUGA KALAU DIA MAU LELAKI KAYAK LU.
Itulah 3 hal menarik dari curhatan viral masakan ditolak calon mertua. Semoga dapat menjadi pembelajaran dan membuat kita berpikir lebih luas dan tetap menghrgai usaha orang lain. (Penulis: Hanisaul Khoiriyah)