Riset Sistem Peringatan Dini Tsunami, Itera Delegasi Terbanyak

hanalfa.com: Menurut data dari situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia (RI) memiliki total luas laut sekitar 3,25 juta km2 dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Ekslusif. Hal itu membuat Indonesia memiliki kekayaan potensi wisata bahari dan maritim yang banyak. 

Namun, di balik itu terdapat pula potensi risiko terjadinya bencana alam yang mengintai, yakni Tsunami. Maka, pemerintah, masyarakat, akademisi, dan lainnya harus bersinergi sesuai peran masing-masing untuk tetap waspada di tengah potensi ancaman gelombang besar dari lautan. 
 
Riset Sistem Peringatan Dini Tsunami, Itera Delegasi Terbanyak

1. Pentingya Sistem Peringatan Dini Tsunami 

Kapal Riset Baruna Jaya IV miliki Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membuat program Flagship Nasional. Progam itu bertajuk Indonesia Tsunami Early Warning System (ITEWS), 22 November -14 Desember 2020. 

Progam BPPT ITEWS itu untuk melakukan penelitian sistem peringatan dini bencana Tsunami di Indonesia. Sebab itu, menjadi alat penting bagi wilayah yang dikelilingi lautan di Indonesia. Supaya masyarakat sekitar pesisir dapat menyelamatkan diri dengan cepat bila ada gelombang besar dari lautan, sehingga meminimkan terjadinya korban jiwa.

2. Empat Dosen Itera Lolos Ikuti Progam Flagship ITEWS

Empat dosen Institut terpilih mengikuti progam Flagship ITEWS. Diantaranya, Aulia Try Atmojo  (Prodi Teknik Geomatika), Rikza Nur Faqih An Nahar Prodi Teknik Geologi), Rizki Dimas Permana (Prodi Sains Lingkungan Kelautan), dan Lesi Mareta (Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan).
Empat dosen Institut terpilih mengikuti progam Flagship ITEWS. Diantaranya, Aulia Try Atmojo  (Prodi Teknik Geomatika), Rikza Nur Faqih An Nahar Prodi Teknik Geologi), Rizki Dimas Permana (Prodi Sains Lingkungan Kelautan), dan Lesi Mareta (Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan). 

Kepala Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Penjaminan Mutu (LP3) Itera Acep Purqon mengatakan empat dosen itu terpilih dari 100 orang yang ikut mendaftar. Nantinya, menurut dia program itu akan melakukan penelitian ihwal Tsunami.  

"Itera sebagai kampus dengan delegasi yang terbanya, yakni empat orang. Ini juga merupakan wujud kerja sama Itera dan BPPT," ungkapnya.

3. Rektor Itera Apresiasi Dosen Terpilih

Riset Sistem Peringatan Dini Tsunami, Itera Delegasi Terbanyak
Rektor Itera Prof. Ofyar Z. Tamin secara simbolis melepas keempat dosen terpilih di Ruang Rapat Wisma Itera, Jumat (20-11-2020). Dia mengapresiasi atas kelolosan empat dosen itu untuk melakukan penelitian Tsunami di kegiatan Kapal Baruna Jaya IV BPPT.

Orang nomor satu di Itera itu berharap keempat dosen terpilih supaya  memanfaatkan progam tersebut, supaya menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman. Dia juga meminta untuk lakukan terbaik dan mengenalkan kampus setempat saat bertugas nantinya.

“Rekam pengetahuan yang didapat untuk mendukung pengembangaaan keilmuan yang dimiliki. Supaya dapat mengembangkan prodi dari segi riset dan inovasi di kampus Itera. Serta, harus bangun networking supaya dapat berkembang,” ujarnya.

4. Riset Tsunami Sesuai Disiplin Keilmuan 

Pada program Flagship ITEWS dosen Itera akan riset sesuai dengan disiplin ilmu yang akan ditunjang berbagai alat dari Kapal Riset Baruna Jaya IV BPPT. 

Pertama Dosen Prodi Teknik Geomatika Aulia Try Atmojo, dia akan penelitian tentang proses data hamburan balik sonar multibeam untuk  survey pemetaan di dasar lautan. Menurut dia dalam pemetaan dasar laut butuh alat  Side Can Sonar, tapi Try Atmojo akan menggunakan Sonar multibeam yang ada di kapal untuk mengukur kedalaman lautan dan memperoleh informasi dasar laut dan morfologi perairan.

Kedua, Dosen Sains Atmosfer dan Keplanetan Lesi Mareta, dia akan riset interaksi laut, atmosfer, dan pokoknya cuaca. Ketiga Dosen Teknologi Geologo Rikza Nur Faqih memiliki rencana mengamati  kondisi secara langsung, yaitu sedimen dasar laut. Dia akan memakai teknologi yang dimiliki Kapal Baruna Jaya IV. 

Terakir, Dosen Sins Lingkungan Kelautan Rizki Dimas Permana fokus penelitian dampak perubahan iklim ke kondisi oseanografi. Contohnya  terkait fenomena la nina yang saat ini sedang berlangsung (Penulis: Alfanny Pratama). 

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Footer